Minggu, 03 Juni 2012

Bergabung dengan Klub 10%...lanjutan

Walaupun tata kelola money management yang baik adalah pondasi dari setiap trading system, FX Trader dapat dikelompokan pada dua kutub yakni Fundamentalis dan Teknikalis. Di satu sisi fundamentalis mencoba mencari korelasi dari sudut makro ekonomi seperti GDP, suku bunga, inflasi, current account balance, dll, terhadap nilai intrinsik suatu mata uang. Fungsinya mirip Equity Manager yang mencari saham-saham "undervalued" untuk ditempatkan pada portfolio mereka, maka fundamental trader menggunakan model ekonomi untuk memperkirakan nilai tukar serta melakukan trading sekiranya terjadi deviasi dari nilai teoritisnya.

Sementara di sisi lain, para teknikal analist tidak terlalu peduli pada faktor ekonomi yang mendasari pergerakan harga, namun lebih memilih untuk konsen pada faktor: Price, Volume, dan Time. Bagi teknikalis perilaku mata uang di waktu lampau adalah tool untuk menganalisa probabilitas gerak mata uang di waktu mendatang. Meskipun pendekatan fundamental terlihat lebih logis, banyak riset yang menunjukan bahwa teknikal trading lebih profitable di FX. Kalau di bursa saham mindset "value investor" adalah yang banyak menjadi pilihan dan memberi return yang bagus, di FX hal ini hampir useless tidak berguna terutama untuk short term trading. Baik karena intervensi bank sentral atau sentimen pasar, makanya tidak heran perkiraan para ekonom tentang pasar uang menjadi sangat buruk. Artinya bagi short term trader, sebaiknya fokuskan perhatian pada sisi teknis pasar karena memang lebih profitable tadi. Namun bukan berarti pula ini jalur cepat menuju kekayaan.


Teknikal trading terbukti menjadi daya tarik bagi retail trader karena memberikan pemahaman "logis" dari market yang lebih sering irrasional, dan akhirnya banyak pula yang berusaha menemukan apa yang sering disebut sebagai "Holy Grail". Tapi bagi mereka yang terobsesi dalam menemukan indikator atau trading system holy grail ini, sebaiknya meluangkan waktu untuk memahami pasar ketimbang berusaha menaklukannya. Karena jika ada mesin ATM di market, papan namanya jelas yaitu BANK SENTRAL.


Benefit dari trading yang sistematik adalah membuat proses pengambilan keputusan menjadi jelas, rapi, dan teratur. Meskipun pada akhirnya sistem trading anda menjadi profitable atau tidak, anda harus memiliki pemahaman yang jelas dan memiliki alasan mengapa sebuah entry position dilakukan. Semakin sederhana model atau sistem trading, makin elegan dan berguna sistem tersebut. Karena chart yang dipenuhi tumpukan garis, indikator-indikator serta tools lainnya hanya akan mengalihkan perhatian anda dari object tempur itu sendiri, yaitu Price Action. Jika anda seorang tentara yang berangkat ke medan perang kemudian melengkapi diri dengan senjata M16, pelontar granat, M60, pistol, uzi, tambahkan granat tangan. Belum tiba di peperangan sesungguhnya, anda sudah ngos-ngosan kehabisan napas, dan mudah dibantai oleh lawan-lawan anda. Pelajari indikator teknikal namun pelajari juga cara mengabaikannya. Gunakan yang menurut anda bekerja dengan baik, cukup satu M16 dan pistol sebagai pelengkap. Jangan maju perang dengan banyak beban. Karena kita tahu tidak ada satupun sistem yang selalu profitable di market, oleh sebab itu kuncinya adalah identifikasi dan memahami kekuatan dan kelemahan anda sendiri. Kalaupun ada instrument yang dapat bekerja dengan baik dalam kondisi market apapun itu tidak lebih dari "Human Mind", jadi gunakanlah sesering mungkin. 

Salah satu dari beberapa trading system teknikal ada yang disebut Discretionary Trading yang mengandalkan Perilaku Harga. Teknik ini membutuhkan pengalaman, feeling, dan pengamatan Price Action untuk mengambil keputusan. Bagi FX trader ini berarti memahami apa yang menyebabkan harga bergerak tick by tick. Intraday moves dibentuk oleh aliran dana (Flow) yang dapat merupakan bentuk spekulatif dari hedge fund ataupun kegiatan hegding dari para exportir. Apapun motifnya, supply dan demand adalah aktor utama dibelakang gerak harga, karenanya dalam FX tidak dikenal istilah Fair Price. Meskipun makro ekonomi berpihak pada dollar contohnya, namun kebutuhan jangka pendek seperti merger dan akuisisi dapat mengubah keseimbangan harga dengan cepat. Contoh terakhir adalah beberapa pekan lalu saat Prudential akan mengambil alih AIA anak perusahaan AIG di Asia, dimana pelaku pasar mengantisipasi penjualan pound untuk biaya akuisisi ini dan akhirnya menyebabkan nilai pound yang turun cukup besar. Bagi FX trader terutama short term trader, perilaku harga adalah yang utama.

Mendapatkan "feeling" dari gerak pasar, diawali oleh pemahaman price action yang baik, seperti yang dilakukan sang legenda Jesse Livermore. Price action adalah pertempuran tug-of-wars yang terjadi terus menerus antara buyer dan seller di pasar, dan bagi trader berpengalaman dapat menjadi cermin dari jejak yang ditinggalkan pelaku pasar. Karena gerak harga lebih dominan didikte oleh big boys, maka spekulan kecil secara khusus mencari rekam jejak atau footprints yang ditinggalkan semua pemain besar. Membaca price action memang lebih mudah dilakukan pada exchange traded market yang sentralisasi, seperti bursa saham atau Future FX di CME karena ketersediaan informasi volume serta institutional block orders lebih mudah dideteksi. Tetapi pada spot FX yang tidak ada flow informasi ini, masih bisa kita lihat intensi pelaku pasar dengan melihat struktur chart dan perilaku harga saat mendekati level-level support resistance, pivot, ataupun supply demand area. Membaca price action dengan benar tidaklah mudah diajarkan, dan pada akhirnya teknik ini lebih cenderung merupakan Art ketimbang Science.


Struktur chart adalah representasi grafis dari perilaku harga, seringkali pola yang sama terjadi berulang-ulang dan memberi kita informasi tentang intensi dan market's footing. Sebagai contoh, jika anda melihat sebuah round number (angka bulat) yang kebetulan berdekatan dengan sebuah pivot atau support area, dimana umumnya level tersebut akan dipertahankan oleh buyer. Kemudian harga berusaha menembus 10-20 pips dan secara cepat balik kembali dan ini terjadi beberapa kali, maka kita tahu bahwa mereka (buyer side) berusaha melindungi area ini karena bisa saja round number ini adalah letak dari large order di Option Market. Setelah itu anda harus mengawasi gerak saat London atau NY open untuk melihat kecenderungan gerak harga, dimana tekanan jual mulai hilang dan harga bisa naik kembali.

Contoh dari footprint yang ditinggalkan real-money:


Contoh tipikal price action yang spekulatif:



Untuk membaca price action dengan baik coba ajukan beberapa pertanyaan pada diri sendiri, misalnya;

  1. Apa yang dilakukan pasar sesaat setelah news dikeluarkan? Gerak awal naik, dilanjutkan oleh sell-off yang cepat (dealers melakukan fading move; no real demand)
  2. Bagaimana perilaku harga saat mendekati resistance yang utama? Koreksi singkat dan kecil-kecil (real-money demand; dealers sedang mengerjakan tumpukan buy order serta buy every dip) dan lain sebagainya.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan macam ini akan memberi anda pemahaman pasar dan menyesuaikan posisi terhadap kondisi yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar