Dari semua pasar keuangan, market FX mungkin yang paling murni dalam hal
supply dan demand sebagai penentu harga. Unregulated serta volume
trading yang luar biasa bermakna bahwa intervensi pemerintah hanya
memiliki sedikit efek dan sesaat sifatnya. Bagaimanapun juga dengan
turnover lebih dari $2 T, intervensi tidak berdampak panjang karena pada
akhirnya ratusan ribu trader di seluruh penjuru dunia lah, yang
bertindak selaku "invisble hand" dalam teori Adam Smith untuk
menggerakan harga.
Market FX lebih sering dijadikan kendaraan untuk berbagai motivasi.
Seorang protfolio manager di US yang berencana membeli saham-saham
Jepang atau sebuah perusahaan di Singapore yang ingin mengimpor barang
dari Indonesia dapat menjadi partisipan market FX. Namun transakasi mata
uang yang dilakukan keduanya bukanlah berdasarkan motivasi profit. Sang
portfolio manager hanya memerlukan yen untuk membeli saham, dan
importir membutuhkan rupiah untuk membeli barang. Dari sinilah muncul
peluang arbitrase, yang dieksploitasi oleh partisipan pasar yang lebih
aktif. Coba amati distribusi turnover market FX secara geografis:
Untuk memahami motivasi bank terlibat dalam pasar ini, anda dapat
melihatnya dari transaksi antara dealing desk FX bank besar dengan prop
trading group (bank kecil), dengan cepat anda akan melihat milyaran
dollar profit. Earning (pendapatan) off balance sheet adalah tujuan
kebanyakan bank, dan spot dealing FX masuk dalam kategori ini.
Karena angka-angka yang menggiurkan inilah yang membuat FX sebagai
playground hanya bagi sedikit bank-bank terbesar. Dan karena FX adalah
sumber credit market, dominasi bank-bank ini sulit dipatahkan dan masih
akan berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. Dari data BIS, 75% turnover
terkonsentrasi pada industri perbankan.
Dan menurut data dari euromoney hanya 10 bank yang mendominasi 72%
turnover market FX. Inilah predator-predator dalam lautan investasi:
Teknologi memang sedikit mulai menguak jaringan tradisional yang tertutup rapi ini, walau belum seperti yang anda bayangkan. Banyak bank yang sekarang beroperasi baik melalui electronic dealing platform milik sendiri atau menyediakan likuiditas melalui matching system. Produk dari EBS, Currenex, FXall, memungkinkan bank untuk menjangkau basis klien dengan tetap memiliki kontrol penuh atas resiko yang mungkin timbul. Coba pikir, siapa sih yang menjadi pemilik dari platform-platform ini? Realitanya adalah bahwa kelompok bank yang sama inilah yang hingga saat ini tetap mengkontrol market FX.
To be continued....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar