Kamis, 24 Mei 2012

Trader's Battlefield 4 : Unfair Battlefield

Sejak awal, market FX didesign untuk memastikan bahwa "insider" memmiliki keunggulan yang cukup besar terhadap "outsider". Karena sifat yang tertutup rapi dan kurangnya regulasi, market FX secara fundamental merupakan market yang tidak adil (unfair) bagi kalangan non-profesional. Sebagai contoh, pada beberapa negara berkembang, Citi atau UBS mungkin adalah satu-satunya penyedia likuiditas, jadi siapa saja yang ingin berdagang mata uang "dipaksa" untuk menerima aturan main mereka. Posisi pemain dalam hirarki market FX tergantung pada akses informasi dan kecepatan memperoleh data. Dan dengan tidak adanya clearing house/exchange, maka akan menjadi sulit bagi non-profesional untuk mendapatkan informasi serta gambaran akurat tentang kondisi pasar.

Seringkali keterbatasan ini, yang membuat kita berada dalam posisi yang mudah dimainkan. Disinilah letak perbedaan FX dengan market keuangan tradisional lainnya. Apa yang seharusnya ilegal pada market lain, di FX hal tersebut dianggap bagian dari permainan. Insider trading, fading moves, price shading, dll adalah hal lumrah yang terjadi pada dunia FX, dan tidak memiliki implikasi hukum. Lihat saja kasus-kasus yang banyak terjadi pada beberapa broker di negara kita, hampir semua broker lolos dari jerat hukum. Jarang sekali kita melihat suatu kasus yang melibatkan konsumen dan brokernya berakhir di meja pengadilan. Posisi konsumen berada dalam hirarki terbawah dan sangat tidak menguntungkan. Kasus penggelapan adalah salah satu contoh yang lumrah, dan umumnya konsumen memliki daya tawar yang rendah. I might say there's no bargaining power.


Tidak adanya pengawasan pemerintah dan sentralisasi data volume sebagai bahan perbandingan, membuat bank bebas melakukan hampir semua diinginkan terhadap konsumennya yang tidak waspada. Tidak seperti exchange-traded-market (NYSE/FTSE/BEJ) dimana market maker bertanggung jawab untuk memberikan quote price yang sama pada dua belah pihak, dealer FX bebas memberikan quote yang diinginkan kepada kliennya. Spread dapat melebar dan menyempit secara misterius, dan faktor "siapa elu" menjadi sangat dominan. Pelanggan yang baik dan besar mendapat perlakuan istimewa (layaknya salesman yang berikan harga spesial). Dealer bebas berperilaku macam ini, karena mereka bisa jadi satu-satunya referensi di kota yang bersangkutan. Dan mereka tahu bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan pelanggan dalam hal ini. Persis seperti kita merasa dikadali oleh money changer yang berada di bandara udara. Rate yang diberikan money changer di bandara jauh lebih mahal daripada di kota. Kalau Goldman Sachs satu-satunya yang bersedia menerima order anda, pilihannya hanya : take it or leave it.


To be continued...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar