Kamis, 24 Mei 2012

Trader's Battlefield 2 : Dealer's in Da House

Sebenarnya banyak trader retail yang memiliki trading sistem yang mumpuni, tapi masih saja mencetak banyak kerugian. Mereka melihat peluang profit, namun tidak mampu memetiknya. Rasanya seperti ada yang tidak nyambung....tapi apa? Meskipun sudah mempelajari chart berjam-jam, melakukan berbagai analisa, mempelajari formasi candle, dan melihat historical price, sangat jarang dari kita meluangkan waktu untuk konsentrasi pada pembunuh nomor satu yakni dealer forex. Karakter bayangan yang mengincar spekulan kecil, adalah mahluk yang memiliki andil besar mengubah winning trade menjadi losing trades dalam sekejap.

Baik kasino ataupun broker, memiliki orang-orang dengan kemampuan yang dapat mengubah peluang secara agresif berpindah tangan. Mereka khususnya bertugas menghentikan laju kemenangan pemain dengan profit banyak atau konsisten. Tindakan langsung dan memang disengaja ini dapat menghacurkan trading sistem yang paling canggih sekalipun. Sering tidak anda melihat harga menyentuh stop, sebelum berbalik lagi dan meninggalkan stop tersebut sebaga hi/lo hari itu? Bad luck? mungkin saja, tapi bagaimana jika hal ini terjadi lebih dari satu kali? Pernah merasa bahwa seakan-akan market "sengaja mengincar" anda? hehehe...pada zero sum game ini jawabnya adalah iya. Suka atau tidak suka, market ini memang tidak fair bagi klien kecil, nanti kita bahas lebih lanjut.


Dealer adalah lawan tangguh dari trader retail, karena tindakan mereka berdasarkan informasi yang lebih baik. Meskipun sulit, bukan berarti bahwa kita tidak memiliki peluang sama sekali. Bagaimanapun juga tindakan para dealer ini sebenarnya dapat diprediksi dan dideteksi. Kita tahu apa yang mereka kejar (your money) dan kita dapat memperkirakan cara mereka mengejarnya (running stops, price shading, fading moves, dll); yang kita perlukan adalah cara mengeksploitasi aksi-aksi mereka ini. Ada beberapa cara untuk membantu anda dalam identifikasi, menghindari jebakan, dan melakukan serangan balik. Teknik-teknik ini, umumnya dilakukan oleh hegde fund dan CTA (Commodity Trading Advisor) dalam mengeksploitasi lubang yang ditinggalkan dealer, dapat juga kita aplikasikan dalam kegiatan trading sehari-hari. Jangan salah, banyak uang yang dapat diperoleh dalam trading FX ini. Menghindari jebakan yang disebar para dealer adalah salah satu cara untuk meningkatkan kinerja P/L, namun bukan satu-satunya cara.


Market


Kita mengetahui bahwa pasar itu efisien, tapi tidak sempurna. Titik dimana buyer dan seller sepakat tidak selalu mencerminkan "ekuilibrium". Semakin banyaknya hedge fund yang lapar arbitrase dapat dijadikan indikator ketidak sempurnaan ini. Karena harga adalah ciptaan manusia yang mencerminkan bias realita ekonomi, market dapat saja berada dalam kondisi disekuilibrium untuk periode waktu yang cukup lama. Orang-orang yang bekerja day-to-day di market (trader, dealer, pit trader) menyadari bahwa, at least short run, market dapat dimanipulasi dan menjadi sangat irrasional. Faktor psikologi (fear, greed, hope) dapat menjungkar balikan realita ekonomi fundamental. Dan kita bisa yakini bahwa sepanjang ada faktor keterlibatan manusia dalam pasar keuangan, maka pola perilaku yang menyimpang akan selalu muncul. Logika kadang disingkirkan, sementara fear/greed/hope dikedepankan. Karena pada akhirnya, uang atau bonus adalah yang menjadi target utama trader/money manager.

Trader yang mengabaikan pola perilaku ini dapat mengalami kesulitan saat berhadapan dengan pasar yang bergejolak dan emosional. Salah satu ungkapan terkenal yang mencerminkan kondisi ini adalah: "The market can stay irrational longer than you can stay solvent". Dan pasar keuangan memiliki kuburan yang dihuni oleh trader yang terkapar oleh 1% pergerakan irrasional. Salah satu contohnya adalah legenda Hegde Fund, Julian Robertson. Pada tahun 1990-an saat market yang irrasional karena demam teknologi terus menanjak naik (tech buble), Robertson (secara rasional) melakukan fading moves (posisi berlawanan dengan arah pasar). Yang terjadi kemudian adalah ia mengalami kerugian luar biasa, dana sebesar $22 billion menjadi $6 billion hanya dalam satu malam. Kata-kata perpisahannya menggambarkan secara pas tentang kondisi ini:

"The key to Tiger's success over the years has been a steady commitment to buying the best stocks and shorting the worst. In a rational environment, this strategy functions well. But in an irrational market, where earnings and price considerations take a back seat to mouse clicks and momentum, such logic as we have learned, does not count for much."

Dalam perspektif trader, ini berarti bahwa market always right. Kadang hal ini membuat kita bertanya-tanya: siapa yang rasional dan siapa yang tidak rasional? Market hanya sekedar pasar yang dibutuhkan volatilitasnya, karena disanalah kunci trader untuk mendapatkan profit. Sepanjang orang masih melakukan jual beli, short term spekulator akan beraksi karena mereka tahu bahwa uang dapat diperoleh pada kedua sisi dagang ini. Bear makes money, Bull makes money, Pig gets slaughtered. Yang dipedulikan hanyalah cara memaksimalkan profit dengan mengantisipasi gerak harga berikutnya. Disinilah kita melihat mengapa akademisi serasa tidak nyambung atau jauh dari realita, karena mereka terpisah dari trading floor of the world.


To be continued............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar