Untuk memahami bagaimana dealer bekerja, anda cukup memahami pola pikir
mereka yakni mengejar/mengambil/merebut uang kita. Jika bank besar
diumpamakan sebagai grosir, maka dealer adalah salesman yang bekerja
menjual habis barang dagangan. Dalam bahasa dealer ini disebut "chopping
woods", dan mereka secara regular akan menyesuaikan profit margin
sesuai order flow agar barang dagangan laku. Sama saja seperti orang
dagang lainnya, ada barang yang dijual mahal, ada yang murah, dan kadang
ada yang rugi. Yang penting laku dan pada akhirnya pembukuan masih
menghasilkan untung. Jadi terkadang untuk menjaga hubungan jangka
panjang dengan klien besar, mereka mau menerima komisi yang kecil (atau
sedikit rugi) dalam mengakomodasi sebuah transaksi. Jadi dengan gaya
dealing yang cepat dan akomodatif dalam memutar inventori, mereka
bekerjanya lebih mirip seperti calo-calo tiket di Senayan dibanding
dengan pekerja kerah putih. Pernah lihat calo Senayan kan....?
Semboyan dealer adalah "Always be Fading". Fading artinya melakukan trade berlawanan dengan arah harga yang sedang berlangsung, contohnya fading higher artinya melakukan short/sell saat harga rally/naik. Market jarang bergerak satu arah, dan dealer memahami betul bahwa gerak pada intra-day moves 80% range-bound (bergerak dalam kisaran tertentu). Sehingga jika ada gerak yang tajam (gap/trending sharply) kemungkinan besar akan di faded oleh dealer yang punya kantong duit cukup dalam karena mengetahui bahwa harga akan kembali pada posisi awal yang menguntungkan mereka...ini terjadi berkali-kali.
Semboyan dealer adalah "Always be Fading". Fading artinya melakukan trade berlawanan dengan arah harga yang sedang berlangsung, contohnya fading higher artinya melakukan short/sell saat harga rally/naik. Market jarang bergerak satu arah, dan dealer memahami betul bahwa gerak pada intra-day moves 80% range-bound (bergerak dalam kisaran tertentu). Sehingga jika ada gerak yang tajam (gap/trending sharply) kemungkinan besar akan di faded oleh dealer yang punya kantong duit cukup dalam karena mengetahui bahwa harga akan kembali pada posisi awal yang menguntungkan mereka...ini terjadi berkali-kali.
Cara favorit lain yang sering diterapkan spot dealer adalah yang disebut
"Head Fake", anda jangan pernah mempercayai gerak harga sesaat setelah
major news keluar. Karena gerak tersebut lebih sering menyesatkan,
disini dealer sering menggunakan news release sebagai tempat menghajar
posisi-posisi trader yang lemah, istilahnya di "flush out", seperti kita
menggunakan toilet untuk membersihkan kotoran. Head fake artinya harga
bergerak tajam misalnya turun, kemudian berbalik arah yang membuat
trader lain sering terjebak dan terperangah.
"never trust the first price"
Apakah dealer bisa mengalami kerugian? jawabnya iya. Mimpi buruk para
dealer adalah trending market, yang membuat mereka terpaksa mengambil
posisi berlawanan dari arah gerak market dan beresiko pada bertambahnya
posisi rugi, atau menghentikan pemberian price quote yang beresiko
kehilangan klien. Harga dapat saja bergerak sangat cepat searah trend
yang membuat dealer memiliki sedikit waktu untuk menekan exposure atau
resiko yang ditanggung, dan ini yang sering bikin stress si dealer
hehehe....
Umumnya, one-way market (trending) adalah berita buruk bagi dealer, karena harga tidak retrace (kalaupun ada, itu hanya retrace kecil) dan mereka terpaksa menjual barang dagangannya dengan harga rugi. Namun bagaimanapun juga, bagi dealer dan institusinya ini adalah "biaya dalam menjalankan bisnis".
Umumnya, one-way market (trending) adalah berita buruk bagi dealer, karena harga tidak retrace (kalaupun ada, itu hanya retrace kecil) dan mereka terpaksa menjual barang dagangannya dengan harga rugi. Namun bagaimanapun juga, bagi dealer dan institusinya ini adalah "biaya dalam menjalankan bisnis".
Trader vs Dealer
Layaknya dua petinju di atas ring, keduanya saling baku hantam dengan sengit sepanjang ronde berlangsung. Trader melakukan aksi "cubit-cubitan", dealer disebut melakukan "aksi rampok". Keduanya memiliki alasan yang sama, yakni memperoleh untung dan memiliki hubungan layaknya orang sedang jatuh cinta, ada love and hate (walaupun banyak bencinya kali yah?) ...qqqq
Tapi tetap saja, masing-masing pihak saling membutuhkan satu sama lain. Seperti bisnis lainnya, hubungan yang terjalin baik dengan pihak konsumen merupakan kunci fundamental keberhasilan di pasar. Seorang trader mungkin saja merasa kesal pada harga yang diberikan dealer, namun tetap menjaga hubungan karena sang dealer (untung bukan sang kodok) mampu menjalankan order besar pada saat dibutuhkan. Anda boleh saja memiliki ide/analisa yang mumpuni, tapi jika tidak ada lawan yang menerima order, maka analisa menjadi tidak berarti.
Tentu saja berhubungan baik bukan berarti kita tidak mengincar kelemahan lawan. Tiap kali seorang trader me-request quote price, dia tahu bahwa lawan di ujung sana adalah perampok yang mencoba mengambil uangnya. Dealer tahu secara langsung posisi lemah trader (melalui margin deposit), atau tidak langsung (melalui kontak industri) dan secara aktif mendorong pasar melawan posisi kita. Singkatnya inilah episode Tom and Jerry yang pindah ke jaringan komputer di segala penjuru dunia...hehehe
Beberapa tipe/jenis dealer FX:
- Forward/Swap Dealer: kelompok selebritis, yang lebih konsen pada unsur "waktu" ketimbang harga. Mereka secara konstan harus memperhatikan tanggal dan ekspirasi dari posisi yang dipegang. Kalkulasi lebih rumit apalagi jika hal tersebut dilakukan dalam waktu singkat karena klien meminta harga yang penuh jebakan. Dalam hal ini mereka harus segera bisa memberikan price quote atau beresiko kehilangan klien.
- Spot Dealer: Inilah calo tiket di senayan. Lebih banyak mengandalkan nyali dibanding menggunakan otak. Mereka dapat secara instan menghitung averages dan tiap saat lebih konsen pada net exposure. Kelakuannya mirip singa yang mencium bau darah, dan siap menerkam tiap saat.
- Retail Spot Dealer: Biasanya mantan bank dealer yang sudah "pensiun" atau yang mencari kerjaan yang tidak terlalu under-pressured. Posisinya ditengah-tengah antara retail market dan interbank. Kerjanya agak santai karena lebih banyak memantau alur posisi klien dan jika ada resiko segera di-offset (ditekan) melalui market maker yang menjadi referensi mereka. Kadang-kadang suka juga untuk "menyergap" posisi klien dengan senang hati jika ada kesempatan melakukannya. Head dealer di salah satu FCM (Future Commission Merchants atau retail FX broker) kalau kerja suka pakai topi dengan tulisan "F**K YOU"....hahahaha......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar